Senin, 19 Juli 2010

dzikir

Dzikir...

Imam Al-Ghazali membuat perumpamaan antara hati manusia dengan dzikrullah lbarat kucing dengan ikan dan manusia.

Disa'at seorang manusia duduk mengawasi hidangan ikan yang ada dihadapannya, maka kucing yang sedang mengintai ikan tersebut akan diam dan terpaku saja, tidak berani mengusik atau mendekati ikan tersebut.

Akan tetapi begitu manusia itu terlengah sedikit saja, maka kucing tersebut lansung menyerang dan menangkap ikan tersebut dengan lahapnya.

Demikian juga bila seorang manusia senantiasa mengawasi hatinya dengan banyak dzikrullah, maka syetan yang mengintai hatinya tidak akan berani mendekati hatinya sedikitpun, akan tetapi bila sedikit saja manusia itu lengah dari dzikrullah, maka syetan akan langsung menyerang dan bersarang dalam hatinya dan siap mengendalikan hati tersebut.

Kamis, 28 Mei 2009

ADAB MENDENGAR

ADAB MENDENGAR

1. Diam dan memperhatikan

Friman Allah dalam Surat Qaff (50) : ayat 37

إِنَّ فِي ذَلِكَ لَذِكْرَى لِمَنْ كَانَ لَهُ قَلْبٌ أَوْ أَلْقَى السَّمْعَ وَهُوَ شَهِيدٌ

Artinya : Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai akal atau yang menggunakan pendengarannya, sedang Dia menyaksikannya.

2. Tidak memotong/memutus pembicaraan

3. Menghadapkan wajah pada pembicara dan tidak memalingkan wajah darinya sepanjang sesuai dengan syariat (bukan berbicara dengan lawan jenis)

4. Tidak menyela pembicaraan saudaranya walaupun ia sudah tahu, sepanjang bukan perkataan dosa.

5. Tidak merasa dalam hatinya bahwa ia lebih tahu dari yang berbicara



Sumber : CyberMQ.com

ADAB BERBICARA


عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رضي الله عنه عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ: «مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ، فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ، فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ، فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ

Dari Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam; barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia menghormati tetangganya; barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya."

(HR Bukhari Muslim)




ADAB BERBICARA

1. Semua pembicaraan harus Kebaikan

Firman Allah QS Al-Mukminun (23): 3

وَالَّذِينَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُونَ

Artinya : dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna,

2. Berbicara harus jelas dan benar

3. Seimbang dan menjauhi bertele-tele

Berdasarkan sabda nabi SAW: "Sesungguhnya orang yang paling aku benci dan paling jauh dariku nanti di hari Kiamat ialah orang yang banyak omong dan berlagak dalam berbicara."

4. Menghindari banyak berbicara

5. Mengulangi kata-kata yang penting

6. Menghindari mengucapkan yang bathil

7. Menjauhi perdebatan sengit

8. Menjauhi kata-kata keji, mencela, melaknat

9. Menghindari banyak canda

10. Menghindari menceritakan aib orang dan saling memanggil dengan gelar yang buruk

11. Menghindari dusta

12. Menghindari ghibah dan mengadu domba

13. Berhati-hati dan adil dalam memuji

Sumber : CyberMQ.com

Jumat, 22 Mei 2009

Hidup Lebih Hidup

Hidup Lebih Hidup
Khutbah Jum’at di Masjid Iman Ketaping Padang

21 November 2008 M/ 22 Dzulqaidah 1429 H

Firman Allah QS Al-Imran (3) : 104

وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ(104)

Artinya : Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.

Kaum Mukminin sidang jamaah Jum’at yang di Rahmati Allah,

Alhamdulillah kita sama-sama bersyukur kepada Allah dengan izin dan rahmat Allah kembali kita berhadir di Jum’at ini mudah-mudahan apa yang kita kerjakan ini dinilai oleh Allah sebagai ibadah yang ada pahalanya di sisi Allah. Amin Ya Rabbal ‘alamin.

Kemudian kita sama-sama bersalawat kepada buat junjungan kita Nabi besar Muhammad Saw.

Kaum mukminin yang di rahmati Allah.

Dalam hidup ini Allah telah beri gambaran kepada kita Alah telah mengihamkan di hati kita yaitu Fujuraha Wataqwaha” Jalan yang jelek dan jalan yang baik yaitu jalan t aqwa. Dan memang dalam hidup ini kita harus memilih, hidup merupakan sebuah pilihan, dan alangkah beruntungnya orang-orang yang pas dalam memilih hidup ini. Kalau kaum mukminin biasa membaca atau ikut pelatihan-pelatihan mitivasi disitu ada tiga pilihan hidup :

Pertama , hidup yang sekedar hidup dan ini sungguh banyak dilakoni oleh kaum muslimin. Contohnya dia bangun jam 7 dan tidak shalat subuh kemudian dia pergi kerja dan jam 12 dia makan siang dan tidak shalat kemudian dia pulang sudah malam dan lansung mandi tanpa ada shalat Ashar dan shalat Maghrib. Kemudian dia menghabiskan malam, ada yang menghabiskan malam di depan televisi, da ada yang menghabiskan malam di meja-meja domino. Ini dilakoninya setiap hari kemudian dia tidur besok dia kembali bangun jam tujuh kembali tidak shalat subuh sampai malam tidur bangun sampai dia tinggalkan dunia ini. Ini pilihan hidup yang sekedar hidup dan kita lihat justru pilihan ini yang banyak dilakoni oleh orang Islam.

Kedua, Hidup bisa hidup, ini jelas lebih maju dari pilihan yang pertama yang hanya hidup sekedar hidup. Hidup yang bisa hidup ini, orang-orang yang telah beriman dia telah “AMANU WA’AMILUS SHALIHAT”, dia telah berIman dan dia telah mengamalkan amalan-amalan kebajikan. Pagi-pagi dia telah bangun dia telah shalat subuh apakah itu berjama’ah atau tidak, dia telah bekerja, dia telah shalat zuhur, Ashar, Maghrib, Isya dia kerjakan Cuma dia hanya shaleh pribadi, dia hanya shalat dan dia tidak memikirkan lingkungannya, ketika dia bangun pagi, dia tidak bangunkan keluarganya, dia tidak bangunkan istrinya, dia tidak bangunkan anak dan menantunya dia hanya berwuduk sediri kemudian dia pergi shalat sendiri, ketika ada anak perempuannya di bawa pergi oleh laki-laki lain yang tidak muhrimnya dia biarkan saja, dia shalat, dia puasa, dia zakat, tapi dia tidak peduli dengan lingkungannya. Ini pilihan hidup yang kedua. Lumayan bila dibandingkan dengan piihan yang pertama yang hidup sekedar hidup.

Ketiga, yaitu hidup yang betul-betul hdup dan inilah yang seharusnya kita pilih. Hidup yang betul-betul hidup ini adalah orang-orang yang: dia telah beriman, dia telah beramal kemudian dia mengajak orang untuk beriman, dia mengajak orang untuk beramal,

ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ(3)

inilah hidup yang betul-betul hidup. Dan kalau kita lihat Firman Allah dalam ayat di atas tadi (QS Al-Imran ayat 104) dimana Allah mengatakan disini “dan hendaklah ada diantara kamu orang-orang yang melarang orang lain untuk berbuat maksiat dan menyuruh orang lain untuk berbuat kebaikan dan kalau ini dilakukan pasti kamu beruntung. Jadi pilihan orang beruntung adalah pilihan apabila dia hidup betul-betul hidup. Dan masih dalam surat ali Imran ayat 110 :

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَوْ ءَامَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ(110)

Artinya : Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik

Jadi pilihan yang ke tiga ini adalah pilihan umat yang terbaik, pilihan yang ke tiga adalah pilahan orang yang beruntung. Maka kaum mukminin bisa rasakan posisi mana kita sekarang ini berada kalau hidup sekedar hidup insya Allah tidak, karena orang yang hidup sekedar hidup sekarang dia tidak berada di dalam masjid ini tapi hidup yang bisa hidup insya Allah sudah di dapatkan karena kita ikut shalat jum’at berjama’ah. Tapi apakah ketika kaum mukminin bergerak menuju rumah Allah ini ada lihat teman di luar yang tidak shalat kemudian kaum mukmini membiarkan maka posisi kaum mukmmini belum terangkat menjadi hidup yang betul-betul hidup.

Maka upaya ini haru kita giatkan jadi jangan kita berfikir bahwa dakwah ini tugas muballihg, dakwah ini bagi orang yang tamatan perguruan tinggi Islam, tidak. Kita semua adalah umat terbaik, semua kita pasti ingin beruntung dan orang yang beruntung syaratnya dia baik dan mengajak orang lain untuk menjadi baik. Bisa kita rasakan, berapa orang kah orang yang telah kita ajak untuk shalat. Sudah berapa orang kaum muslimin yang telah kita ajak untuk menutup aurat. Memang sahabat pernah menanyakan kepada Rasulullah “ya rasululah, kalau seandainya saya sudah tidak ada, saya shalat , saya puasa, saya zakat kemudian saya naik haji, itu saja yang saya lakukan ya Rasululah, apakh saya masuk surga? Kemudian Rasulullah mengatakan “anda masuk surga” tapi surga itu bertingkat-tingkat, nanti kalau kita masuk sorga, nanti kita lihat teman kita, dia di atas kita itu hanya karena mengajak orang untuk shalat tahajjut, hanya karena SMS temannya untuk membangunkannya shalat tahajjut, hanya SMS temannya untuk shalat subuh berjama’ah, hanya karena itu dia lebih tinggi dari kita. Pasti kita menyesal dan kita tidak bisa memperbaiki lagi.

Marilah kita bersyukur, Allah masih memberikan kesempatan hidup kepada kita, kita masih bisa memilih, pilihan apa yang mau kita ambil, hidup sekedar hidup, hidup yang bisa hidup atau hidup yang betul-betul hidup. Memang pilihan hidup yang betul-betul hidup ini yaitu melarang orang untuk tidak melakukan perbuatan yang tidak di redhai Allah memang tidak mudah. Kalau ahli komunikasi mengatakan agar kita bisa di terima di semua tempat dan sukses sebagai pedagang, sukses sebagai warga maka jangan pernah melarang-larang orang, jangan pernah mengkritik orang itu kalau pakar komunikasi. Tapi kalau Rasulullah Saw mengatakan “ Katakan walau pun satu ayat” “katakan walaupun itu pahit” dan Alllah menjadikan kita sebagai khalifah agar kita menjadi umat terbaik dan umat terbaik amanah kita kepada Allah maka pilihan yang akan kita pilih adalah memang pilihan yang ke tiga ini, walaupun berat tapi harus kita lakoni. Ada misalnya : didepan rumah kita ada rumah kos, dan kita lihat disitu begitu bebasnya laki-laki dan perempuan bercengkrama di depan rumah kita, kalau kita diamkan jelas hubungan kita bertetangga akan baik, akan mesra tapi kalau kita sampaikan mungkin disini akan terjadi benturan-benturan maka saat itu pilihan mana yang akan kita ambil? Berbenturan dengan tetanggakah atau berbenturan dengan hukum Allah. Kita yang bisa camkan itu. Ketika ada di komplek kita orang bermain judi atau yang menggunakan media untuk berjudi kita tau itu kalau kita sampaikan, kalau kita sampaikan mungkin hubungan kita sesame warga akan rusak tapi kalau kita biarkan mungkin kita akan bisa mesra dan hubungan kita akan baik. Tapi kalau kita biarkan, kita melanggar hokum Allah, maka kaum mukminin pilihan mana yang akan kita pilih, yang pasti kita pilih sampai Allah panggil kita nantinya adalah pilihan yang ke tiga, kalau ada maksiat kita lah orang yang bertama yang membentenginya.

Fa’tabiru ya Ulil Absar La’allakum turhamun.

ORANG-ORANG YANG CURANG

ORANG-ORANG YANG CURANG

Khutbah Jum’at di Masjid Iman Ketaping

Tanggal 12 September 2008 M / 22 Dzulqaidah 1429 H

Firman Allah dalam Surat Al-Mutaffifin (83) :1-2

وَيْلٌ لِلْمُطَفِّفِينَ(1)الَّذِينَ إِذَا اكْتَالُوا عَلَى النَّاسِ يَسْتَوْفُونَ(2

Artinya : Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang,(yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi,

Kaum mukminin siding jama’ah Jum’at yang di Rahmati Allah.

Alhamdulillah, kita sama-sama bersyukur kepada Allah, dengan izin Allah, Allah pertemukan kita di tempat yang mubarrak ini di bulan suci ramadhan ini.

Kemudian kita sama-sama bersalawat buat junjungan kita Nabi besar Muhammad Saw.

Kaum mukminin yang dimuliakan Allah,

Dalam kesempatan ini khatib ingin mengajak kita untuk membicarakan firman Allah dalam surat al-Mutaffifin ayat 1 dan seterusnya, dan ayat yang barusan kita bacakan tadi ayat 1 dan 2, dimana disini Allah menggambarkan sifat curangnya manusia, dan sifat curang ini kalau kita miliki akan membahayakan kita ketika kita hidup di akhirat kelak, maka khatib sengaja manyampaikan ini agar kalau ada diantara kita berprilaku curang segera menghentikannya karena betul-betul bahaya kalau sifat ini ada dalam pribadi kita. Allah memulai ayat ini dengan mengatakan “kecelakaan besarlah” bukan hanya kecelakaan kecil tapi kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang. Apa tanda orang yang curang yaitu orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi dan di ayat 3 nya Allah mengatakan :

وَإِذَا كَالُوهُمْ أَوْ وَزَنُوهُمْ يُخْسِرُونَ(3

dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi.

Jadi ciri jelas orang yang curang ini adalah apabila dia meminta, dia mau banyak dan apabila member yang diberinya sedikit.

Mungkin ada diantara kaum mukminin yang beranggapan bahwa ayat ini bukan untuk kaum mukmin karena dalam ayat ini Allah member tamsilan menimbang, saya kan bukan pedagang saya tidak pernah menimbang berarti ayat ini hanya untuk pedagang hanya untuk orang yang timbang menimbang, itu adalah anggapan yang salah. Karena al-Qur’an ini adalah Petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa, petunjuk bagi seluruh manusia. Jadi inti dari ayat adalah untuk semua perilaku curang adalah kecelakaan besar. Mungkin di dunia kita mengatakan kemenangan kalau kita mampu menipu orang, tapi Allah gambarkan “Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang”.

Kaum mukminin yang dirahmati Allah.

Kita bisa rasakan apakah perilaku curang ini ada atau tidak dalam diri kita? Kalau ada segera buang, kalau Allah panggil kita dalam posisi Mutaffifin (orang yang curang) maka kita pasti celaka. Kita bisa rasakan sebagai apa kita, sebagai pedagang jelas Allah gambarkan orang-orang yang menimbang yang tidak betul, menjual barang tidak sesuai dengan kualitas harganya. Sebagai pegawai kantor misalnya, ada yang datangnya lambat pulangnya cepat itu jelas curang maka kena ayat ini, maka dia di mata Allah mendapat title keceelakaan besar. Misalnya kita diamanahkan belanja ke pasar oleh pimpinan perusahaan untuk membeli dua item barang perusahaan kemudian kita pergi di jam kerja yang di suruh hanya untuk perusahaan, tapi kita beli untk keperluan kita maka ini jelas curang.

Kalau ada diantara kita yang berperilaku seperti itu maka harus kita segera bertaubat kepada Allah karena perilaku itu adalah perilaku orang-orang yang celaka dan kecelakaannya bukan hanya kecelakaan kecil tapi kecelakaan besar. Kemudian kita lihat bagi siswa yang suka cabut sekolah, orang belajar dia bermain dia adalah orang-orang yang curang, sederhananya ketika antrian kita menyerobot antrian jadi jelas orang-orang yang curang (mutaffifin). Misalnya ketika lampu merah di persimpangan kita terobos jelas-jelas itu orang yang curang dan orang yang curang adalah orang yang celaka. Apa kata Allah “orang-orang curang itu dia merasa hebat dengan kecurangannya, dia merasa pintar dengan tipu muslihatnya tapi Allah gambarkan disini dalam ayat berikutnya Allah mengatakan :

أَلَا يَظُنُّ أُولَئِكَ أَنَّهُمْ مَبْعُوثُونَ(4

Tidakkah orang-orang itu yakin, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan

Bahwa sesungguhnya orang yang curang itu akan mati dan akan mempertanggungjawabkan apa yang telah dicuranginya ketika dia hidup. Kemudian kata Allah dalam ayat selanjutnya bahwa mereka akan dibangkitkan di suatu hari yang besar :

لِيَوْمٍ عَظِيمٍ(5

Dan di ayat 16 kata Allah : “Kemudian sesungguhnya mereka benar-benar masuk ke dalam neraka

Jadi, kita hdup di dunia ini adalah untuk beribadah kepada Allah, kehidupan kita di dunia ini hanya transit untuk hidup yang sebenarnya di akhirat. Seperti kita dalam rahim ibu kita, mungkin kita berfikir untuk apalah tangan Allah berikan kepada kita, untuk apalah kaki Alllah berikan kepada kita, mata, telinga ketika kita dalam rahim ibu kita, padahal makanan langsung masuk ke dalam perut kita tanpa kita kunyah. Tapi itu semua baru bermanfaat ketika kita keluar dari rahim ibu kita ketika kita berada di dunia. Begitu juga kaum mukminin, kita hidup didunia ini betul-betul transit dan kita tidak tahu kapan berakhirnya perjalanan hidup kita ini dan perjalanan hdup kita setelah ini adalah perjalanan yang panjang, bahagianya bahagai yang panjang, sengsaranya juga sengsara yang berkepanjangan. Maka ketika kita di dunia mungkin tidak terasa manfaatnya shalat, kita tidak terasa manfaatnya jujur tapi ketika kita tinggalkan dunia ini barulah terasa kejujuran itulah yang menyelamatkan kita dari gejolaknya api neraka.

Maka kaum mukminin kita bisa rasakan apakah selama ini kita berprilaku curang, memain-mainkan faktur, memain-mainkan waktu, korupsi uang, korupsi waktu, kalau itu masih ada maka berniat segera mengakhirinya dan mumpung kita berada di bulan suci ramadhan kita berpuasa, pintu sorga terbuka lebar-lebar. Tidak kah kita mau masuk surge yang pintunya dibuka lebar-lebar. Seiring bulan ini adalah bulan ampunan mari kita bertaubat mohon ampun kepada Allah dan berniat serta bertekad untuk tidak menjadi orang-orang yang curang karena orang-orang yang curang jangankan di akhirat dia celaka di dunia dia pasti celaka, tidak ada orang yang mau berurusan denga orang-orang yang curang.

Fa’tabiru ya ulil absar la’allakum turhamun.

DUNIA

DUNIA

Disampaikan di Masjid Iman

Tgl 02 Januari 2009 M/ 05 Muharram 1430 H

Firman Allah Dalam surat Ali Imran ayat 185

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ(185

Artinya : Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan (Al Qur’an Surah Ali Imran ayat 185

Kaum mukminin sidang jamaah jum’at yang di rahmati Allah, Alhamdulillah kita sama-sama bersyukur kepada Allah dengan izin dan Rahmat Allah kembali kita berhadir di rumahnya ini. Kemudian shalawat beriring salam buat junjungan kita Nabi besar Muhammad Saw.

Kaum mukminin yang kami hormati,

Terasa begitu cepatnya waktu ini berjalan, rasanya baru kemaren kita menyambut tahun 1429 H, kemaren itu ternyata teah lewat 300 hari yang lalu begitu cepatnya waktu ini, sekarang ini kita telah berada di tahun 1430 H.

Ayat yang kami bacakan tadi sura ali Imran 183 dimana jelas sekali Allah gambarkan kepada kita apa itu dunia, dunia adalah kehdupan yang tidak sebenarnya, dunia adalah kehidupan yang memperdayakan dan Allah mengatakan sungguh beruntung orang yang apabila meninggalkan dunia dia masuk ke dalam surge dan terhindar dari api neraka.

Kaum mukminin yang kami hormati

Dengan pergantian tahun, dengan bertambahnya jumlah tahun itu sudah pasti mendekatkan kita kepada ajaran Islam. Kalau banyak diantara kaum mukminin yang ditakdirkan 1430 H ini akhir kehidupan kaum mukminin hanya hitungan hari kaum mukminin akan tinggalkan dunia ini, sedangkan ayat ini jelas sekali mengatakan kepada kita bahwa dunia adalah kehidupan yang memperdayakan maka dalam kesempatan ini khatib ingin mengajak kita untuk sama-sama menghisab diri kita apakah kita ini sudah layak untuk meninggalkan dunia ini, kalau belum alangkah malangnya kita karena jadwal kematian kita tidak tahu sementara kita belum layak untuk meninggalkan dunia ini.

Sidang Jum’at yang kami hormati,

Kebanyakan dari kita hampir semua kita selalu memikirkan masa tua, hari tua, dengan banyaknya anak-anak muda setelah lepas kuliah dia menginginkan jadi PNS, tidak salah jadi PNS dan itu bagus, kenapa dia mau menjadi PNS karena masa tua terjamin dan banyak kita lihat orang yang kebetulan dia tidak masuk PNS dia bekerja sebagai pegawai swasta dia mengasuransikan dirinya untuk hari tua sehingga banyak kita lihat asuransi yang menggaet orang untuk asuransi hari tua. Mungkin kalau orangtelah berumur 30 Tahun kalau asuransi hari tua mungkin 55 tahun mungkin 25 tahun lagi dia nikmati. Tapi asuransi hari akhirat mungkin 25 detik lagi akan menjumpainya. Maka pada kesempatan ini khatib benar-benar mengetuk hati kita semua mari kita asuransikan diri kita untuk asuransi akhirat. Bagaimana caranya? Caranya yang jelas dan pasti adalah prioritas utama dalam kehidupan kita adalah kehidupan akhirat. Apapun yang kita lakukan kita pastikan selamat akhirat kita. Banyak kita lihat kaum mukminin, banyak peluan-peluang pahala yang berserakana di depan kita yang tidak kita ambil. Contoh sederhana bagi kita laki-laki Shalat berjama’ah itu nilainya 27 kali dibandingkan dengan shalat sendiri. Kalau diibaratkan uang, ada uang 1 juta dan ada uang 27 juta kita hadapkan kepada seseorang 1 juta ada dihadapannya dan 27 juta dia bergerak sedikit dan ada sedikit rintangan, kalau dia ambil 1 juta siapapun akan melihat dia itu bodoh orang yang bersih hatinya orang yang benar pikirannya ketika ada tawaran ini 1 juta kamu boleh ambil dan 27 juta kamu boleh ambil terserahj mana yang kamu ambil? Pasti siapaun dia akan mengambil yang 27 juta padahal kaum mukminin nilai shalat berjama’ah itu tidak bisa diukur dengan yang 27 juta jauh lebih tinggi nilainya kalau kita bedakan dengan rupiah. Dan kita sepakat menagatakan bodoh orang yang mengambil uang 1 juta padahal di depan matanya ada uang 27 juta, maka dalam kesempatan ini kami betul-betul menghimbau mengetuk hati kita mari kita maksimalkan potensi yang ada pada diri kita untuk merebut akhirat yang tertinggi. Karena kita tidak tahu kapan ajal kita akan menjemput kita.

Kaum mukminin yang di rahmati Allah :

Memang kita hidup di dunia dan banyak kebutuhan dan Allah juga mengatakan bahwa mencintai dunia itu memang fitrah siapapun kita pasti mencintai dunia sebagaimana firman Allah dalam surat ali Imran ayat 14 Allah mengatakan kepada kita bahwa memang di jadikan indah pada manusia pandangan akan kecintaan kepada apa-apa yang diingini yaitu wanita-wanita. Siapapun dia laki-laki di dunia pasti menginginkan dunia, kemudian mengingingkan harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang dan Allah kunci ayat ini dengan mengatakan itulah kesenangan hidup di dunia dan disisi Allah lah tempat kembali yang baik. Dia mendapatkan harta yang banyak, istri yang cantik, emas dan lain-lain itu fitrah kita menginginkannya tapi Allah katakan bahwa di sisi Allah di akhirat jauh lebih baik daripada itu. Maka bagi kita laki-laki yang meminang wanita maka pastikan ketika kita meminang wanita itu tidak tergadai akhirat kita dan bagi kita yang ingin mengumpulkan harta pastikan tidak tergadai akhirat kita, kadang-kadang di depan mata kita ada peluang dan peluang ini tidak halal kita sikat, kita ambil sebelum kita bertaubat malaikat maut datang alangkah malangnya hidup kita.

Sidang jama’ah jum’at yang di rahmati Allah

Hari berganti hari tahun berganti tahun apakah siklus kehidupn ini seperti ini-ini saja apakah ibadah kita tidak ada peningkatannya, Rasulullah jelas sekali mengatakan kepada kita ada tiga tingkatan orang dalam mempergunakan waktu: Ada yang disebut dengan orang yang beruntung adalah orang yang hari ini atau tahun ini kebih baik dari hari atau tahun kemaren kemudian kedua disebut dengan orang yang rugi yaitu orang yang hari ini atau tahun ini sama saja dengan hari atau tahun kemaren kemudian yang ketiga orang yang celaka yaitu orang yang hari ini lebih buruk dari pada hari kemaren. Bayangkan kaum mukminin tingginya etos kerja orang Islam sama dianggap merugi, tidak ada istilah pulang pokok dalam Islam. Jadi kaum mukminin tahun 1428 H telah berlalu kira-kira 1429 H lebih baik atau tidak dibandingkan tahun 1429 H. Mana lebih banyak tahajjut kita di tahun 1429 H atau tahun 1428 H? mana lebih banyak shalat berjama’ah kita di tahun 1429 H atau 1428 H? Sama dianggap rugi, kurang dianggap celaka, maka marilah kita gunakan kesempatan yang masih Allah titipkan kepada kita untuk benar-benar menjadi orang-orang yang beruntung.

Fa’tabiru ya ulil absar la’allkum turhamun…

Pengganti Yang Jelek

Pengganti Yang Jelek

Oleh : H. Zulhendri ZK IS

Disampaikan di Masjid Iman Tgl 11 Juli 2008 M/ 08 Rajab 1429 H

Innal hamdalillah, nahmaduhu wanastainuhu wanastagfir, wanauzubillahi min syururi anfusina wamin syaiati a’malina. Mayyahdillah fala mudhillalah waman yudhlil fala hadiyalah. Asyahaduan la ilaha illa Allah, wa asyhaduanna Muhamman ‘Abduhu warasuluh la nabiya ba’da, amma ba’du. Allahumma salli ala Muhammad wa ‘ala ali Muhammad ‘Ibadallah, ittaqullaha haqqa tuqatih wala tamutunna illa waantum muslimun,

Firman Allah dalam surat Maryam (19) : 59

فَخَلَفَ مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلَاةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا(59)

Artinya; Maka datanglah sesudah mereka generasi pengganti yang jelek yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan (QS. Maryam : 59)

Khatib mengingatkan kita semua untuk selalu benar dalam agama kita ini dan benar-benar menjadi orang yang bertaqwa. Bertaqwa denganartian memang kita amalkan seluruh kandungan al-Qur’an, semuanya kita amalkan Insya Allah dan kapanpun Malaikat menjemput kita insya Allah kita berada dalam keadaan beriman.

Dalam ayat di atas Allah mengingatkan kita semua, bahwa bakal datang pengganti kita, pengganti yang sesat, pengganti yang tidak shalat (kalaupun shalat tapi tidak sempurna), disini dikatakan menyia-nyiakan shalat kemudian memperturutkan hawa nafsunya, itu pengganti kita. Dan kita lihat, kenyataan sekarang ini apa yang di khawatirkan al-Qur’an ini telah terjadi.

Kita lihat jelas fenomena ketika anak-anak kita tamat UAN, yang lulus UAN kita lihat cara mereka mensyukurinya, ada yang kebut-kebutan, SMP maupun SMA, kemudian perilakunya ketika tidak lulus, tidak lulus saja mereka, sudah begitu caranya menyikapinya, ada yang stress, pingsan, begitulah cara mereka mengahadapinya. Kemudian pergaulan kita lihat sekarang ini betul-betul rusak, di depan mata kita, di ranah minang ini yang “adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah”, mudah saja kita melihat muda-muda yang belum bersuami istri sudah seperti orang yang menikah saja.

Kemudian shalat, ketika ada suara azan di mesjid, tapi seolah-olah azan itu bukan untuk dia, itulah yang kita lihat sekarang ini. Begitu rusaknya generasi tersebut. Berarti generasi itu lanjutan dari generasi sebelumnya.

Kalau kita lihat sejarah, generasi sebelumnya itu cukup sangat baik, cukup bagus tapi bisa menghasilkan anak-anak yang seperti ini, bagaimana pula anak-anak ini nanti yang akan berkeluarga dan dia mempunyai anak pula, bagaimana potret yang akan kita lihat di masa yang akan datang dan itu tugas kita.

Allah katakan disini di ayat 60 “kalau kita tidak sadar dan tidak bertobat, maka Allah tidak akan mengampunkan kita, maka dalam kesempatan ini khatib ingin menghimbau dan mengajak kita semua untuk membicarakan ini agar kita lebih berhati-hati, apa kesalahan-kesalahan yang kita lakukan sehingga temuan-temuan yang demikian itu ada di depan kita.

Apa yang salah? Yang salah adalah :

Pertama : Pendidikan di sekolah Pendidikan di sekolah setahu kita mengutamakan mutu pendidikan, matematika, fisika, kimia, bahasa inggris tanpa memperdulikan akhlaknya sehingga mudah saja berbaur laki-laki dan perempuan dalam satu sekolah, itu tidak bisa kita hindari karena memang kita tidak memiliki pendidikan yang seperti itu, pendidikan kita pendidikan yang konfensional caranya begaimana? Memang kita tanamkan betul kepada anak laki-laki kita dan anak perempuan kita bahwa dia ke sekolah untuk belajar bukan untuk mencari jodoh, ada atau tidak kita menyampaikan itu kepada anak-anak kita “kalian ke sekolah menuntut ilmu nak, bukan mencari jodoh” sehingga mereka lebih mementingkan pergaulannya daripada pendidikannya di sekolah, sehingga ketika dia berpisah dengan kawannya atau lawan jenisnya tadi bisa-bisa dia bunuh diri, itu belum sebagai suami istri yang sah tapi hanya sebagai teman berpisah bisa dia bunuh diri, itulah potret yang kita lihat sekarang dari anak-anak kita.

Bagaimana pula dia yang menjadi kepala rumah tangga dan dia yang punya anak, maka pada kesempatan ini khatib berpesan ambil peduli lah kita, ambil bahagianlah kita dalam masalah ini, kita ingatkan anak kita apa tujuan sekolah. Kemudian Kaum mukminin yang di rahmati Allah Tadi pendidikan di sekolah yang disampaikan, mungkin kesalahan kita di situ.

Kemudian Pendidikan di rumah. Banyak juga kesalahan kita, misalnya kita biarkan anak-anak kita nonton tanpa sensor, kalau pemerintah tidak bisa menyensor kita sebagai orang tua bisa, kita tahu ini boleh dilihat, ini tidak boleh di lihat. Dia lihat pemandangan di telivisi anak SD sudah pacaran, di SMP bagaimana memperjuangkan cinta. Makin berat tantangan kita makin tinggi nilai pengorbanan kita itu yang Islam. Padahal Islam mengajarkan kita untuk hormat kepada orang tua, hormat kepada guru itu di atas segala-galanya setelah Allah dan Rasulnya.

Maka tugas kita di rumah adalah memang kita sensor tuntas tayangan-tayangan televisi, kalaupun kita tidak bisa mematikan 100 %, setidak-tidaknya adalah sensor yang demikian.

Kemudian kesalahan lagi yang kita lihat, Sekarang ini yang nampak bagi kita, dan yang sekarang ini yang akan mencegah yang akan menjadikan generasi-generasi berikutnya yaitu orang tua membiarkan anaknya pergi dengan lawan jenisnya yang tidak muhrim. “Biaso bana dek orang tuo muslim, biaso bana dek urang tuo mukmin anaknyo pai, antah kama-kama jo lawan jenisnyo, Sudah hilang perasaan di hatinya itu rasa bersalah besar, jangankan kesalahan besar kesalahan kecilpun mungkin tidak ada dan dianggap itu hal-hal yang biasa, padahal al-Qur’an melarang betul dan disuruh kita untuk menundukkan pandangan baik laki-laki maupun perempuan, sudah pasti dia tidak akan bias menundukkan pandangan ketiaka dia sudah berdua-dua dengan lawan jenisnya, Kalau dia sebelum masuk jenjang rumah tangga, jenjang pernikahan dia telah pergi berdua-dua, kita bayangkan sebelum menikah saja dia sudah bias di bawa-bawa kemanapun nanti kalau sudah dia menikah 2 tahun, 3 tahun yang laki-laki murah curiga kepada yang perempuan “dia menganggap bahwa perempuan itu murahan karena sebelum nikah saja dia sudah mau dibawa-bawa” mudah setan itu masuk.

Ketika telah masuk ke jenjang pernikahan “setan akan menggoda “mungkin tidak istri saya pergi dengan orang lain, setan akan mempengaruhi. Begitu sebaliknya yang perempuan curiga dengan yang laki-laki, jadi sebelum menikah setan akan masuk ke laki-laki yang akan menikah itu dan akan mempengaruhinya. Setelah masuk pernikahan setan lain pula metode dan strateginya “pai ndak urang rumah wak pai jo urang lain, mungkin tunyoh sedang dulu se wak baok-baok namuah nyo a beda nyo jo kini, makanya kalau Islam di amalkan akan hilang kecemburuan dan dia akan berkata “tidak akan mungkin suami saya pergi dulu sebelum menikah dia tetap menjaga syari’ah Islam.

Jadi kesalahan kita yang pertama tadi di sekolah kita biarkan anak kita bergaul dengan teman laki-laki yang tidak muhrim,

kesalahan di rumah kita biarkan anak kita nonton seenak –enaknya kemudian kita biarkan dia pergi kemana-mana kemudian kesalahan kita yang lebih fatal kaum mukminin hanya karena alasan ekonomi kita menunda pernikahan anak kita.

Kita ingat bahwa dalam Islam tidak ada istilah remaja, istilah remaja itu orang kafir yang membuat, istilah ABG itu orang kafir yang membuat, dalam Islam yang ada anak-anak kemudian Dewasa. Kalau sudah baligh dia sudah dewasa boleh dia menikah Cuma karena ada istilah remaja, ada istilah ABG sehingga posisinya dia ragu, saya bukan anak-anak lagi Cuma saya belum besar, di kasih tanggungjawab pun tidak bisa karena dia belum besar di katakan anak-anak bukan.

Begitu besarnya usaha orang kafir mempengaruhi orang Islam, sehingga ada juga ABG, remaja, dalam Islam itu tidak ada. Anak-anak, kemudian dewasa dia sudah boleh menikah, jadi kalau sudah tamat SMA anak-anak kita dan sudah Nampak bagi kita bagaimana sikapnya terhadap lawan jenisnya dan tidak bisa di larang, kemudian dipanggil anak tersebut dan suruh dia untuk menikah. Jangan kita biar dia pergi kemana-mana dengan lawan jenis tanpa ada ikatan pernikahan sebab anaknya nanti akan menjadi cucu kita. Allah telah katakana bahwa generasi yang akan dating itu lebih buruk dari dari generasi sekarang’. Sebelum dia menikah sudah itu dia kerjakan, bagaimana pula dengan anaknya nanti. Itu menjadi tanggungjawab kita sebagai orang tua dan jangan menganggap bahwa itu bukan urusan kita. Jadi berniat betul kita, hati-hati betul kita jan alasan ekonomi anak-anak kita tidak kita nikahkan. Misalnya anak kita mengatakan “ mak ambo lah ado calon mak, nikah ambo lai mak, yo pitih alun ado, kumpua-kumpua pitih lu dih, lah takumpua pitih banyak baru baralek.

Padahal al-Qur’an mengatakan bukan uang itu tiangnya bahkan ado mahar al-fatihah saja boleh oleh Nabi Kita. Aku nikahkan engkau dengan mahar alfatihah, kemudian baca al-fatihah itu dan ada saksi dua orang itu sudah sah. Tidak perlu ditunggu baralek gadang. Jadi kamu mukminin, kalau ada diantara kaum mukminin yang menunda pernikahan anak-anaknya karena uang tunggu lah azab Allah, doa wak minta ka Tuhan tidak di kabulkannya karena itu adalah kerja Allah, kalau kerja Allah yang kita kerjakan Insya Allah Allah akan membantu kita.

Ada satu lagi kaum mukminin yang parah di masyarakat kita yaitu tunangan. Kalau lah tunangan tu lah dianggap asmo jo nikah, kalau ado misalnya ado pai baduo-duo laki-laki dan perempuan, baba kok di padiakan se nyo, lah tunangan tu mah. Kalau sudah menikah baru boleh dia pergi berdua-dua, jadi kalau ada anak-anak kita yang tunangan jangan jauh jaraknya antara tunangan dengan pernikahan, kalau bisa 2 bulan dan kalau bisa kini tunangan kemudian tiga hari lagi menikah. Tunangan ini juga membawa malapetaka. Jadi kaum mukminin surat Maryam ayat 59 ini dimana Allah mengatakan “maka datanglah sesudah mereka pengganti yang jelek yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya maka mereka kelak akan menemui kesesatan.

Dan langkah kita lakukan adalah bertaubat yang Allah jelaskan “kecuali orang-orang yang bertaubat” maka untuk itu kita bertuabat dengan mengakui kesalahan-kesalahan yang kita lakukan kemudian berjanji tidak mengulangi kesalahan, jadi baru dikatakan tidak sesat apabila telah pulang dari masjid in melarang anaknya pacaran dan mensegerakan anaknya untuk nikah, melarang anaknya nonton televisi, baru dikatakan tidak sesat dan taubat itu tidak mengulangi perbuatan kalau tidak seperti itu masih tergolong kepada yang sesat dan takut kalau dipanggil oleh Allah dalam keadaan sesat bagaimana nasib kita nanti di akhirat.

Jadi ayat 60 “kecuali orang-orang yang bertaubat, orang-orang yang beriman, orang-orang yang beramal shaleh maka mereka itu akan masuk surga dan tidak dianiaya sedikitpun. Fa’tabiru Ya ulil Absar La’allakum Turhamun

MULAI SEKARANG

KUNJUNGI

KAMI DI SINI