Jumat, 22 Mei 2009

Hidup Lebih Hidup

Hidup Lebih Hidup
Khutbah Jum’at di Masjid Iman Ketaping Padang

21 November 2008 M/ 22 Dzulqaidah 1429 H

Firman Allah QS Al-Imran (3) : 104

وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ(104)

Artinya : Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.

Kaum Mukminin sidang jamaah Jum’at yang di Rahmati Allah,

Alhamdulillah kita sama-sama bersyukur kepada Allah dengan izin dan rahmat Allah kembali kita berhadir di Jum’at ini mudah-mudahan apa yang kita kerjakan ini dinilai oleh Allah sebagai ibadah yang ada pahalanya di sisi Allah. Amin Ya Rabbal ‘alamin.

Kemudian kita sama-sama bersalawat kepada buat junjungan kita Nabi besar Muhammad Saw.

Kaum mukminin yang di rahmati Allah.

Dalam hidup ini Allah telah beri gambaran kepada kita Alah telah mengihamkan di hati kita yaitu Fujuraha Wataqwaha” Jalan yang jelek dan jalan yang baik yaitu jalan t aqwa. Dan memang dalam hidup ini kita harus memilih, hidup merupakan sebuah pilihan, dan alangkah beruntungnya orang-orang yang pas dalam memilih hidup ini. Kalau kaum mukminin biasa membaca atau ikut pelatihan-pelatihan mitivasi disitu ada tiga pilihan hidup :

Pertama , hidup yang sekedar hidup dan ini sungguh banyak dilakoni oleh kaum muslimin. Contohnya dia bangun jam 7 dan tidak shalat subuh kemudian dia pergi kerja dan jam 12 dia makan siang dan tidak shalat kemudian dia pulang sudah malam dan lansung mandi tanpa ada shalat Ashar dan shalat Maghrib. Kemudian dia menghabiskan malam, ada yang menghabiskan malam di depan televisi, da ada yang menghabiskan malam di meja-meja domino. Ini dilakoninya setiap hari kemudian dia tidur besok dia kembali bangun jam tujuh kembali tidak shalat subuh sampai malam tidur bangun sampai dia tinggalkan dunia ini. Ini pilihan hidup yang sekedar hidup dan kita lihat justru pilihan ini yang banyak dilakoni oleh orang Islam.

Kedua, Hidup bisa hidup, ini jelas lebih maju dari pilihan yang pertama yang hanya hidup sekedar hidup. Hidup yang bisa hidup ini, orang-orang yang telah beriman dia telah “AMANU WA’AMILUS SHALIHAT”, dia telah berIman dan dia telah mengamalkan amalan-amalan kebajikan. Pagi-pagi dia telah bangun dia telah shalat subuh apakah itu berjama’ah atau tidak, dia telah bekerja, dia telah shalat zuhur, Ashar, Maghrib, Isya dia kerjakan Cuma dia hanya shaleh pribadi, dia hanya shalat dan dia tidak memikirkan lingkungannya, ketika dia bangun pagi, dia tidak bangunkan keluarganya, dia tidak bangunkan istrinya, dia tidak bangunkan anak dan menantunya dia hanya berwuduk sediri kemudian dia pergi shalat sendiri, ketika ada anak perempuannya di bawa pergi oleh laki-laki lain yang tidak muhrimnya dia biarkan saja, dia shalat, dia puasa, dia zakat, tapi dia tidak peduli dengan lingkungannya. Ini pilihan hidup yang kedua. Lumayan bila dibandingkan dengan piihan yang pertama yang hidup sekedar hidup.

Ketiga, yaitu hidup yang betul-betul hdup dan inilah yang seharusnya kita pilih. Hidup yang betul-betul hidup ini adalah orang-orang yang: dia telah beriman, dia telah beramal kemudian dia mengajak orang untuk beriman, dia mengajak orang untuk beramal,

ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ(3)

inilah hidup yang betul-betul hidup. Dan kalau kita lihat Firman Allah dalam ayat di atas tadi (QS Al-Imran ayat 104) dimana Allah mengatakan disini “dan hendaklah ada diantara kamu orang-orang yang melarang orang lain untuk berbuat maksiat dan menyuruh orang lain untuk berbuat kebaikan dan kalau ini dilakukan pasti kamu beruntung. Jadi pilihan orang beruntung adalah pilihan apabila dia hidup betul-betul hidup. Dan masih dalam surat ali Imran ayat 110 :

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَوْ ءَامَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ(110)

Artinya : Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik

Jadi pilihan yang ke tiga ini adalah pilihan umat yang terbaik, pilihan yang ke tiga adalah pilahan orang yang beruntung. Maka kaum mukminin bisa rasakan posisi mana kita sekarang ini berada kalau hidup sekedar hidup insya Allah tidak, karena orang yang hidup sekedar hidup sekarang dia tidak berada di dalam masjid ini tapi hidup yang bisa hidup insya Allah sudah di dapatkan karena kita ikut shalat jum’at berjama’ah. Tapi apakah ketika kaum mukminin bergerak menuju rumah Allah ini ada lihat teman di luar yang tidak shalat kemudian kaum mukmini membiarkan maka posisi kaum mukmmini belum terangkat menjadi hidup yang betul-betul hidup.

Maka upaya ini haru kita giatkan jadi jangan kita berfikir bahwa dakwah ini tugas muballihg, dakwah ini bagi orang yang tamatan perguruan tinggi Islam, tidak. Kita semua adalah umat terbaik, semua kita pasti ingin beruntung dan orang yang beruntung syaratnya dia baik dan mengajak orang lain untuk menjadi baik. Bisa kita rasakan, berapa orang kah orang yang telah kita ajak untuk shalat. Sudah berapa orang kaum muslimin yang telah kita ajak untuk menutup aurat. Memang sahabat pernah menanyakan kepada Rasulullah “ya rasululah, kalau seandainya saya sudah tidak ada, saya shalat , saya puasa, saya zakat kemudian saya naik haji, itu saja yang saya lakukan ya Rasululah, apakh saya masuk surga? Kemudian Rasulullah mengatakan “anda masuk surga” tapi surga itu bertingkat-tingkat, nanti kalau kita masuk sorga, nanti kita lihat teman kita, dia di atas kita itu hanya karena mengajak orang untuk shalat tahajjut, hanya karena SMS temannya untuk membangunkannya shalat tahajjut, hanya SMS temannya untuk shalat subuh berjama’ah, hanya karena itu dia lebih tinggi dari kita. Pasti kita menyesal dan kita tidak bisa memperbaiki lagi.

Marilah kita bersyukur, Allah masih memberikan kesempatan hidup kepada kita, kita masih bisa memilih, pilihan apa yang mau kita ambil, hidup sekedar hidup, hidup yang bisa hidup atau hidup yang betul-betul hidup. Memang pilihan hidup yang betul-betul hidup ini yaitu melarang orang untuk tidak melakukan perbuatan yang tidak di redhai Allah memang tidak mudah. Kalau ahli komunikasi mengatakan agar kita bisa di terima di semua tempat dan sukses sebagai pedagang, sukses sebagai warga maka jangan pernah melarang-larang orang, jangan pernah mengkritik orang itu kalau pakar komunikasi. Tapi kalau Rasulullah Saw mengatakan “ Katakan walau pun satu ayat” “katakan walaupun itu pahit” dan Alllah menjadikan kita sebagai khalifah agar kita menjadi umat terbaik dan umat terbaik amanah kita kepada Allah maka pilihan yang akan kita pilih adalah memang pilihan yang ke tiga ini, walaupun berat tapi harus kita lakoni. Ada misalnya : didepan rumah kita ada rumah kos, dan kita lihat disitu begitu bebasnya laki-laki dan perempuan bercengkrama di depan rumah kita, kalau kita diamkan jelas hubungan kita bertetangga akan baik, akan mesra tapi kalau kita sampaikan mungkin disini akan terjadi benturan-benturan maka saat itu pilihan mana yang akan kita ambil? Berbenturan dengan tetanggakah atau berbenturan dengan hukum Allah. Kita yang bisa camkan itu. Ketika ada di komplek kita orang bermain judi atau yang menggunakan media untuk berjudi kita tau itu kalau kita sampaikan, kalau kita sampaikan mungkin hubungan kita sesame warga akan rusak tapi kalau kita biarkan mungkin kita akan bisa mesra dan hubungan kita akan baik. Tapi kalau kita biarkan, kita melanggar hokum Allah, maka kaum mukminin pilihan mana yang akan kita pilih, yang pasti kita pilih sampai Allah panggil kita nantinya adalah pilihan yang ke tiga, kalau ada maksiat kita lah orang yang bertama yang membentenginya.

Fa’tabiru ya Ulil Absar La’allakum turhamun.

1 komentar:

MULAI SEKARANG

KUNJUNGI

KAMI DI SINI